Hujan
deras mengguyur di malam hari. Di rumahnya, seorang wanita dengan ketakutan meraih
sebilah pisau. Tertatih-tatih ia memasuki ruangan yang gelap. Dari arah
belakang muncul seseorang yang kemudian menyerangnya.
Episode 4:
Anak perempuan anugerah Tuhan
Korban
kali ini adalah Choi Ok-jeong, yang berprofesi sebagai shaman atau
dukun. Penyebab kematiannya adalah luka tusuk di jantung. Sang tersangka adalah
I O-rang, putrinya sendiri. Tersangka sendiri juga mengalami luka tusuk di
perut, selain lebam-lebam pada tubuhnya. Tim forensik kita diminta memeriksa
ulang tubuh korban karena di leher korban terdapat tanda bahwa pelaku dicekik
dan mengindikasikan kemungkinan adanya pelaku lain. Selain itu, terdapat kelainan pada leher dan
bahu tersangka di samping fakta bahwa ia menderita hipoalimentasi yang
menyebabkan kecil kemungkinan tersangka memiliki kekuatan untuk menusukkan
pisau. Hipoalimentasi adalah keadaan kekurangan gizi. Mungkin maksudnya, keadaan
itu mengakibatkan tersangka menjadi lemah dan tidak cukup bertenaga untuk menghujamkan
pisau ke tubuh korban.
Okay, saya
menyerah. Saya tidak akan lagi mengomentari adegan-adegan yang menurut saya
tidak berkontribusi besar pada alur cerita. Akan saya lewati saja.
Sejauh ini
detektif Kang tampaknya memikirkan hal selain kasus ini. Saat menginterogasi
tersangka yang terus bergumam dan bertingkah seperti orang kerasukan, detektif
Kang tampak keras dan serius. Ia meyakini kalau tersangka hanya berpura-pura.
Sebaliknya, Jin-u yang seorang dokter justru membeberkan penjelasan konyol dari
sudut pandang takhayul.
Kilas
balik menunjukkan pada kita bahwa detektif Kang pernah menangani kasus serupa
ketika masih di kesatuan tentara. Tersangka bertingkah seperti orang aneh yang ketakutan
dan mengaku melihat hantu. Saat itu, detektif Kang tampak di ambang frustasi dalam
usahanya mengungkapkan kebenaran. Pantas saja sekarang ia menanggapi kasus ini dengan
tingkat ketegangan yang lebih tinggi.
Jin-u dan
detektif Kang pergi memeriksa TKP, yang adalah rumah korban dan tersangka.
Jin-u menyadari bahwa semua benda yang ada di dinding hanya digantung setinggi
bahu. Jin-u juga menanyai tetangga korban yang seprofesi. Dari keterangan itu, diketahui
bahwa tersangka setiap hari mengalami kejang-kejang, berteriak-teriak, dan
melihat hantu. Ia, seperti juga korban, percaya bahwa tersangka memiliki
kemampuan alami untuk menjadi dukun. Jin-u memastikan secara detail bagaimana tepatnya
postur tersangka saat kejang-kejang.
Selanjutnya,
mereka menanyai kakak tersangka. Menurut kesaksiannya, korban sering memukuli tersangka.
Namun anehnya, tersangka selalu bersikeras ingin tetap tinggal dengan ibunya.
Setelah
susah payah membujuk memaksa tersangka menjalani serangkaian tes medis,
termasuk pemindaian MRI dan CT, tersangka didiagnosis mengidap progressive muscular
dystrophy (distrofi otot berkelanjutan). Ia mewarisi kelainan ini dari sang
ibu. Kelainan tersebut disebabkan oleh tidak adanya lapisan protein di sel
otot, sehingga secara perlahan, sel otot mati. Lebih tepatnya, penyakit ini
diakibatkan oleh kelainan bentuk protein yang ada di dalam
sel-sel otot rangka (otot lurik), sehingga sel otot tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, mengalami degenerasi, dan akhirnya kematian sel.
Perlu
dicatat bahwa ilustrasi yang ditampilkan adalah otot polos, yang notabene
menyusun organ-organ dalam tubuh seperti saluran pencernaan dan saluran pernapasan.
Otot lurik yang menggerakkan anggota gerak tubuh kita memiliki bentuk sel yang
berbeda dari otot polos.
Kelainan
ini berlaku pada seluruh jenis otot yang ada di tubuh. Abnormalitas dapat
terjadi pula di otot jantung yang berdampak pada kematian. Saya tidak yakin akan
kebenaran penjelasan tersebut. Dari yang saya baca, kelainan ini akan menimbulkan
akibat fatal saat otot-otot pernapasan mulai terpengaruh. Pada saat itu penderita
akan mengalami kesulitan bernapas sehingga membutuhkan bantuan alat respirator
untuk melakukan pernapasan. Baiklah, kita tidak harus menelan semua yang
dilontarkan oleh pertunjukan ini, bukan?
Subtipe
yang diderita korban dan tersangka dijelaskan sebagai tipe yang berkembang
sangat perlahan. Penderita mengalami lemah di bahu dan paha. Ini menjelaskan
mengapa semua benda di dinding rumah korban terletak hanya setinggi bahu.
Dengan kondisi seperti ini, sulit bagi tersangka untuk melakukan pembunuhan
itu.
Dalam
menangani kasus ini, detektif Kang rupanya sangat terpengaruh dengan kasusnya
di masa lalu. Saat itu, tersangka berhasil lolos dari hukuman setelah
dinyatakan mengalami ganguan psikis, dengan dukungan dari keluarganya yang memiliki
pengaruh kekuasaan. Padahal, di mata detektif Kang, jelas-jelas orang itu hanya
pura-pura agar terhindar dari hukuman. Bagi detektif Kang, kasus tersebut merupakan
kegagalan besarnya dalam menegakkan keadilan bagi keluarga korban.
Sementara
itu, tersangka Yu-rang berusaha bunuh diri, meskipun berhasil digagalkan. Jin-u
dan detektif Kang tidak berhasil mendapatkan informasi yang berharga dari
tersangka. Tetapi, Jin-u menaruh curiga pada orang yang dikenalkan sebagai
teman kakak tersangka, Seok-hun. Rupanya ia memiliki hubungan asmara dengan
Yu-rang. Seok-hun menyerahkan diri dan mengaku sebagai pelaku pembunuhan yang
sebenarnya, saat Yu-rang diserang ibunya. Bukti-bukti pun mengarah padanya. Seok-hun
dinyatakan sebagai pelaku dan ditangkap.
Setelah
kasus ini selesai, Jin-u iseng memeriksa kembali foto-foto Yu-rang dan
Seok-hun. Saat itulah baru ia menyadari bahwa semua bukti yang ada adalah rekayasa
Seok-hun. Jadi, sebenarnya memang Yu-rang menyerang ibunya saat sedang kerasukan.
Seok-hun mengorbankan diri untuk menanggung hukuman Yu-rang.
Jin-u mengkonfrontasi
hal ini ke Yu-rang yang kini mewarisi profesi ibunya sebagai dukun di rumahnya.
Alih-alih mendapat pengakuan, Yu-rang memberikan secarik kertas bergambar
kepada Jin-u. Di kertas itu tergambar dirinya, tergeletak di dalam peti mati. Kedua
tangan terlipat di dada sembari memegang seikat bunga. Bercak-bercak berwarna
merah darah dan juluran akar di sekelilingnya menambah kuat kesan seram di
gambar itu. Apa arti dari gambar itu? Apakah ibi mengindikasikan bahwa Jin-u
akan berakhir dengan kematian?
***
Yep. Tidak
ada epilog untuk episode ini. Meskipun bagi saya tema kali ini kurang menarik –mungkin
karena bumbu mistis tidak dapat berjalan harmonis dengan tema investigasi dan
medis di otak saya, misteri yang ada di akhir episode tetap membuat saya cukup
penasaran untuk menantikan episode-episode berikutnya.