Halaman

Minggu, 19 Januari 2014

God’s Quiz Musim 1 Episode 4


Hujan deras mengguyur di malam hari. Di rumahnya, seorang wanita dengan ketakutan meraih sebilah pisau. Tertatih-tatih ia memasuki ruangan yang gelap. Dari arah belakang muncul seseorang yang kemudian menyerangnya.

Episode 4: Anak perempuan anugerah Tuhan
Korban kali ini adalah Choi Ok-jeong, yang berprofesi sebagai shaman atau dukun. Penyebab kematiannya adalah luka tusuk di jantung. Sang tersangka adalah I O-rang, putrinya sendiri. Tersangka sendiri juga mengalami luka tusuk di perut, selain lebam-lebam pada tubuhnya. Tim forensik kita diminta memeriksa ulang tubuh korban karena di leher korban terdapat tanda bahwa pelaku dicekik dan mengindikasikan kemungkinan adanya pelaku lain.  Selain itu, terdapat kelainan pada leher dan bahu tersangka di samping fakta bahwa ia menderita hipoalimentasi yang menyebabkan kecil kemungkinan tersangka memiliki kekuatan untuk menusukkan pisau. Hipoalimentasi adalah keadaan kekurangan gizi. Mungkin maksudnya, keadaan itu mengakibatkan tersangka menjadi lemah dan tidak cukup bertenaga untuk menghujamkan pisau ke tubuh korban.
Okay, saya menyerah. Saya tidak akan lagi mengomentari adegan-adegan yang menurut saya tidak berkontribusi besar pada alur cerita. Akan saya lewati saja.
Sejauh ini detektif Kang tampaknya memikirkan hal selain kasus ini. Saat menginterogasi tersangka yang terus bergumam dan bertingkah seperti orang kerasukan, detektif Kang tampak keras dan serius. Ia meyakini kalau tersangka hanya berpura-pura. Sebaliknya, Jin-u yang seorang dokter justru membeberkan penjelasan konyol dari sudut pandang takhayul.
Kilas balik menunjukkan pada kita bahwa detektif Kang pernah menangani kasus serupa ketika masih di kesatuan tentara. Tersangka bertingkah seperti orang aneh yang ketakutan dan mengaku melihat hantu. Saat itu, detektif Kang tampak di ambang frustasi dalam usahanya mengungkapkan kebenaran. Pantas saja sekarang ia menanggapi kasus ini dengan tingkat ketegangan yang lebih tinggi.
Jin-u dan detektif Kang pergi memeriksa TKP, yang adalah rumah korban dan tersangka. Jin-u menyadari bahwa semua benda yang ada di dinding hanya digantung setinggi bahu. Jin-u juga menanyai tetangga korban yang seprofesi. Dari keterangan itu, diketahui bahwa tersangka setiap hari mengalami kejang-kejang, berteriak-teriak, dan melihat hantu. Ia, seperti juga korban, percaya bahwa tersangka memiliki kemampuan alami untuk menjadi dukun. Jin-u memastikan secara detail bagaimana tepatnya postur tersangka saat kejang-kejang.
Selanjutnya, mereka menanyai kakak tersangka. Menurut kesaksiannya, korban sering memukuli tersangka. Namun anehnya, tersangka selalu bersikeras ingin tetap tinggal dengan ibunya.
Setelah susah payah membujuk memaksa tersangka menjalani serangkaian tes medis, termasuk pemindaian MRI dan CT, tersangka didiagnosis mengidap progressive muscular dystrophy (distrofi otot berkelanjutan). Ia mewarisi kelainan ini dari sang ibu. Kelainan tersebut disebabkan oleh tidak adanya lapisan protein di sel otot, sehingga secara perlahan, sel otot mati. Lebih tepatnya, penyakit ini diakibatkan oleh kelainan bentuk protein yang ada di dalam sel-sel otot rangka (otot lurik), sehingga sel otot tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, mengalami degenerasi, dan akhirnya kematian sel.
Perlu dicatat bahwa ilustrasi yang ditampilkan adalah otot polos, yang notabene menyusun organ-organ dalam tubuh seperti saluran pencernaan dan saluran pernapasan. Otot lurik yang menggerakkan anggota gerak tubuh kita memiliki bentuk sel yang berbeda dari otot polos.
Kelainan ini berlaku pada seluruh jenis otot yang ada di tubuh. Abnormalitas dapat terjadi pula di otot jantung yang berdampak pada kematian. Saya tidak yakin akan kebenaran penjelasan tersebut. Dari yang saya baca, kelainan ini akan menimbulkan akibat fatal saat otot-otot pernapasan mulai terpengaruh. Pada saat itu penderita akan mengalami kesulitan bernapas sehingga membutuhkan bantuan alat respirator untuk melakukan pernapasan. Baiklah, kita tidak harus menelan semua yang dilontarkan oleh pertunjukan ini, bukan?
Subtipe yang diderita korban dan tersangka dijelaskan sebagai tipe yang berkembang sangat perlahan. Penderita mengalami lemah di bahu dan paha. Ini menjelaskan mengapa semua benda di dinding rumah korban terletak hanya setinggi bahu. Dengan kondisi seperti ini, sulit bagi tersangka untuk melakukan pembunuhan itu.
Dalam menangani kasus ini, detektif Kang rupanya sangat terpengaruh dengan kasusnya di masa lalu. Saat itu, tersangka berhasil lolos dari hukuman setelah dinyatakan mengalami ganguan psikis, dengan dukungan dari keluarganya yang memiliki pengaruh kekuasaan. Padahal, di mata detektif Kang, jelas-jelas orang itu hanya pura-pura agar terhindar dari hukuman. Bagi detektif Kang, kasus tersebut merupakan kegagalan besarnya dalam menegakkan keadilan bagi keluarga korban.
Sementara itu, tersangka Yu-rang berusaha bunuh diri, meskipun berhasil digagalkan. Jin-u dan detektif Kang tidak berhasil mendapatkan informasi yang berharga dari tersangka. Tetapi, Jin-u menaruh curiga pada orang yang dikenalkan sebagai teman kakak tersangka, Seok-hun. Rupanya ia memiliki hubungan asmara dengan Yu-rang. Seok-hun menyerahkan diri dan mengaku sebagai pelaku pembunuhan yang sebenarnya, saat Yu-rang diserang ibunya. Bukti-bukti pun mengarah padanya. Seok-hun dinyatakan sebagai pelaku dan ditangkap.
Setelah kasus ini selesai, Jin-u iseng memeriksa kembali foto-foto Yu-rang dan Seok-hun. Saat itulah baru ia menyadari bahwa semua bukti yang ada adalah rekayasa Seok-hun. Jadi, sebenarnya memang Yu-rang menyerang ibunya saat sedang kerasukan. Seok-hun mengorbankan diri untuk menanggung hukuman Yu-rang.
Jin-u mengkonfrontasi hal ini ke Yu-rang yang kini mewarisi profesi ibunya sebagai dukun di rumahnya. Alih-alih mendapat pengakuan, Yu-rang memberikan secarik kertas bergambar kepada Jin-u. Di kertas itu tergambar dirinya, tergeletak di dalam peti mati. Kedua tangan terlipat di dada sembari memegang seikat bunga. Bercak-bercak berwarna merah darah dan juluran akar di sekelilingnya menambah kuat kesan seram di gambar itu. Apa arti dari gambar itu? Apakah ibi mengindikasikan bahwa Jin-u akan berakhir dengan kematian?

***
Yep. Tidak ada epilog untuk episode ini. Meskipun bagi saya tema kali ini kurang menarik –mungkin karena bumbu mistis tidak dapat berjalan harmonis dengan tema investigasi dan medis di otak saya, misteri yang ada di akhir episode tetap membuat saya cukup penasaran untuk menantikan episode-episode berikutnya.