Halaman

Rabu, 01 Mei 2013

Welcome to Dongmakgol (film)


 
Kali ini saya akan menulis tentang satu film Korea yg sejauh ini sangat berkesan. Jika saya sedang memasuki siklus kecanduan (film), maka saya akan datang pada salah satu bandarnya. Terkadang asal pilih dari yang ada, tetapi terkadang saya cukup selektif dengan mengacu pada info alur cerita ataupun pemerannya lebih dulu. Welcome to Dongmakgol termasuk yang asal saja saya pilih. Awalnya agak tidak bersemangat saya memulai film ini, seperti biasa jika dihadapkan dengan film berlatar peperangan. Tetapi ternyata adegan kekerasan tembak-menembak bisa dibilang hanya di awal dan di akhir film saja.
Pembuka cerita adalah jatuhnya salah satu pesawat tempur milik sekutu Korea Selatan, Amerika Serikat, di daerah pegunungan di perbatasan Korut-Korsel. Pesawat itu berawak seorang pilot bule, yang berhasil diselamatkan oleh warga setempat. Cerita beralih ke ketegangan dalam pasukan Korea Utara, yang pemimpinnya tidak ingin menghukum mati anggota yang terluka. Pasukan ini akhirnya kocar-kacir saat adu tembak dengan lawan dan tersisa hanya tiga orang: Sang Pemimpin tadi (Jeong Jae-young), seorang prajurit yang sudah melewati usia setengah baya, dan prajurit yang masih sangat muda (Ryu Deok-hwan). Di bagian yang lain, satu prajurit Korea Selatan (Shin Ha-kyeon) tampak depresi dan berusaha bunuh diri dengan senapannya. Usaha tersebut digagalkan oleh prajurit desersi lain dari korps medis.
Demi mencari tempat singgah, kedua kelompok yang berseberangan ini tanpa dinyana bertemu di satu desa kecil terpencil bernama Dongmakgol. Trio Korut dibawa oleh seorang  gadis ‘berperilaku unik’, sedangkan Duo Korsel dipandu oleh seorang petani dari desa itu. Ketegangan terjadi antara keduanya saat bertemu, tetapi penduduk Dongmakgol sama sekali tidak tahu tentang perang saudara yang tengah berkecamuk itu. Penduduk desa sama sekali tidak pernah mengenal senjata api, juga granat. Selain lima pasukan itu, hanya dua orang yang paham situasi tersebut: Si Pilot yang mengalami kecelakaan pesawat, dan seorang warga yang tampaknya adalah guru di desa itu.
 
Trio Korut dan Duo Korsel bersigap di dua sisi halaman desa yang berlawanan. Hari berganti, dan cuaca bergilir dari cerah ke hujan, dan cerah lagi. Penduduk desa hanya menyaksikan ini tanpa mengerti apa-apa, sedangkan kelimanya mulai kelelahan. Oleh suatu insiden, salah satu granat mereka meledakkan lumbung makanan desa yang menyimpan persediaan makanan untuk musim dingin. Dan akibatnya adalah adegan hujan popcorn terbaik yang pernah saya lihat.


Merasa bersalah akan insiden itu, keenam prajurit tinggal dan membantu warga desa untuk kembali mengisi lumbung, walaupun tidak nyaman dengan adanya orang yang dianggap musuh di tempat itu. Setelah beberapa lama, kelimanya dapat berinteraksi dengan baik satu sama lain dan mengesampingkan permusuhan di antara mereka. Mereka, termasuk juga Si Pilot dapat berbaur dengan kehidupan warga desa.
Sayangnya kedamaian ini tidak berlangsung lama. Karena sering terjadi insiden pesawat jatuh di pegunungan itu, komando pasukan sekutu mensinyalir adanya instalasi penangkal serangan udara milik Korut di sekitar area kecelakaan pesawat. Mereka merencanakan penyerbuan darat dan udara untuk membumihanguskan areal pegunungan yang mencurigakan tersebut, sekaligus mencari pilot mereka.
Dari tim infiltrasi darat yang berhasil dilumpuhkan, keenam pendatang di Dongmakgol mengetahui rencana ini. Mereka pun bahu-membahu menyusun strategi untuk mengalihkan penyerbuan udara tersebut ke tempat lain yang jauh dari Dongmakgol.
Alur cerita yang sederhana tersebut dibalut dengan detail emosi yang sangat apik, tidak terburu-buru, dan manusiawi. Keenam prajurit yang awalnya menganggap musuh satu sama lain akhirnya belajar kearifan lokal desa Dongmakgol dan memutuskan bekerja sama melindungi desa terpencil yang polos itu.




SS: sangat minimal
VA: adegan berdarah tembak-menembak dan pengeboman di awal dan akhir cerita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar