Kali ini
saya akan menulis tentang satu film Korea yg sejauh ini sangat berkesan. Jika
saya sedang memasuki siklus kecanduan (film), maka saya akan datang pada salah
satu bandarnya. Terkadang asal pilih dari yang ada, tetapi terkadang saya cukup
selektif dengan mengacu pada info alur cerita ataupun pemerannya lebih dulu.
Welcome to Dongmakgol termasuk yang asal saja saya pilih. Awalnya agak tidak
bersemangat saya memulai film ini, seperti biasa jika dihadapkan dengan film
berlatar peperangan. Tetapi ternyata adegan kekerasan tembak-menembak bisa
dibilang hanya di awal dan di akhir film saja.
Pembuka
cerita adalah jatuhnya salah satu pesawat tempur milik sekutu Korea Selatan,
Amerika Serikat, di daerah pegunungan di perbatasan Korut-Korsel. Pesawat itu
berawak seorang pilot bule, yang berhasil diselamatkan oleh warga setempat. Cerita
beralih ke ketegangan dalam pasukan Korea Utara, yang pemimpinnya tidak ingin
menghukum mati anggota yang terluka. Pasukan ini akhirnya kocar-kacir saat adu
tembak dengan lawan dan tersisa hanya tiga orang: Sang Pemimpin tadi (Jeong
Jae-young), seorang prajurit yang sudah melewati usia setengah baya, dan
prajurit yang masih sangat muda (Ryu Deok-hwan). Di bagian yang lain, satu
prajurit Korea Selatan (Shin Ha-kyeon) tampak depresi dan berusaha bunuh diri
dengan senapannya. Usaha tersebut digagalkan oleh prajurit desersi lain dari
korps medis.

Trio Korut
dan Duo Korsel bersigap di dua sisi halaman desa yang berlawanan. Hari
berganti, dan cuaca bergilir dari cerah ke hujan, dan cerah lagi. Penduduk desa
hanya menyaksikan ini tanpa mengerti apa-apa, sedangkan kelimanya mulai
kelelahan. Oleh suatu insiden, salah satu granat mereka meledakkan lumbung
makanan desa yang menyimpan persediaan makanan untuk musim dingin. Dan
akibatnya adalah adegan hujan popcorn terbaik yang pernah saya lihat.
Merasa
bersalah akan insiden itu, keenam prajurit tinggal dan membantu warga desa untuk
kembali mengisi lumbung, walaupun tidak nyaman dengan adanya orang yang
dianggap musuh di tempat itu. Setelah beberapa lama, kelimanya dapat
berinteraksi dengan baik satu sama lain dan mengesampingkan permusuhan di
antara mereka. Mereka, termasuk juga Si Pilot dapat berbaur dengan kehidupan warga
desa.
Sayangnya
kedamaian ini tidak berlangsung lama. Karena sering terjadi insiden pesawat
jatuh di pegunungan itu, komando pasukan sekutu mensinyalir adanya instalasi
penangkal serangan udara milik Korut di sekitar area kecelakaan pesawat. Mereka
merencanakan penyerbuan darat dan udara untuk membumihanguskan areal pegunungan
yang mencurigakan tersebut, sekaligus mencari pilot mereka.
Dari tim
infiltrasi darat yang berhasil dilumpuhkan, keenam pendatang di Dongmakgol
mengetahui rencana ini. Mereka pun bahu-membahu menyusun strategi untuk
mengalihkan penyerbuan udara tersebut ke tempat lain yang jauh dari Dongmakgol.
Alur
cerita yang sederhana tersebut dibalut dengan detail emosi yang sangat apik,
tidak terburu-buru, dan manusiawi. Keenam prajurit yang awalnya menganggap
musuh satu sama lain akhirnya belajar kearifan lokal desa Dongmakgol dan
memutuskan bekerja sama melindungi desa terpencil yang polos itu.
SS: sangat
minimal
VA: adegan
berdarah tembak-menembak dan pengeboman di awal dan akhir cerita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar