Halaman

Minggu, 31 Maret 2013

Queen Seon-deok

Tokoh-tokoh utama drama Queen Seon Deok (dari kiri ke kanan):
Bidam, Mishil, Deokman/ Ratu Seondeok, Kim Yushin, Putri Cheonmyeong, Kim Chunchu

Queen Seon Deok bukanlah drama kolosal Korea pertama yang saya tonton. Sebelumnya, saya pernah dibuat terkagum-kagum oleh Jewel in the Palace. Tetapi, ternyata Queen Seon Deok mampu meninggalkan kesan yang lebih dalam lagi. Begitu lekatnya hingga sampai saat ini belum ada drama kolosal yang berhasil menggeser kedudukan serial ini dari pilihan pribadi saya. Masih jelas teringat adegan pembuka yang menampilkan seorang raja memacu kudanya melewati bibir pantai, padang rumput, jalan yang membelah hutan nan luas, sampai ke daerah pegunungan. Adegan itu membuat orang terpikat pada pandangan pertama dengan keapikan unsur sinematografi dan dramatisasinya. Mungkin pilihan kata yang saya gunakan agak berlebihan, tetapi setidaknya hal itu berlaku pada saya, hehe…
Secara sangat ringkas, drama ini menceritakan perjalanan Deokman, putri raja yang dibuang, dalam menemukan identitas diri yang sesungguhnya. Ia berusaha untuk dapat diterima kembali di istana, selanjutnya berjuang mempertahankan tahta Shilla dari Mishil, hingga akhirnya menjadi raja perempuan pertama di Shilla. Perlu diketahui bahwa Queen Seon-deok bersifat adaptasi sejarah. Alur cerita dan karakternya sedikit bergeser dari apa yang dinyatakan oleh fakta sejarah Korea.
Awalnya saya agak ragu untuk menulis tentang drama ini. Berat bagi saya untuk meringkas 62 episode drama yang memiliki banyak karakter yang menarik. Alur-alur pendukung busur cerita utama terlalu penting untuk tidak diceritakan, atau hanya diceritakan sekilas. Setiap karakter memiliki peran dalam kehidupan Deokman. Masing-masing membantu perkembangan karakter tokoh utama tersebut. Sangat ingin rasanya menuliskan dengan rinci semuanya, tetapi saya tidak yakin apakah memiliki energi yang cukup untuk menulis hingga selesai. Okelah, kita coba mengulas seringkas mungkin.
Kita bagi drama menjadi empat periode: sebelum kelahiran Deokman, masa remaja Deokman, sebelum Deokman menjadi ratu, setelah Deokman menjadi ratu.

~sebelum kelahiran Deokman~

dalam drama ini diawali dengan memperkenalkan Raja Jinheung dan Mishil.


Mishil remaja (UEE), Mishil sebagai pengawal raja dan sebagai pemegang stempel kerajaan (Go Hyeon-jeong)

Mishil adalah tokoh antagonis utama dalam cerita ini. Meskipun bukan dari keluarga bangsawan, karena kecantikan, ketangkasan, kecakapan, dan kecerdasannya, Mishil menjalankan banyak peran di Shilla. Sebagai ksatria, ia adalah pengawal raja yang handal. Ia juga menjadi selir raja yang bertugas pemegang stempel kerajaan, yang artinya tidak ada keputusan kerajaan yang dibuat tanpa melalui persetujuannya. Mishil juga berperan sebagai penasihat, sekaligus pemimpin spiritual kerajaan yang bertugas ‘menerjemahkan kehendak langit’. Mishil diam-diam memiliki ambisi untuk menjadi wanita paling berpengaruh di kerajaan Shilla. Pada saat itu, posisi tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang wanita adalah sebagai permaisuri.
Go Hyeon-jeong sukses besar dalam membawakan tokoh Mishil ini. Jika mendengar nama Mishil disebut, yang terbayang hanya versi Go Hyeon-jeong. Yang terpikir berikutnya adalah ekspresi-ekspresi Mishil khas Go Hyeon-jeong, baik itu sinister, tegang, marah, lega, maupun sedih. Mishil adalah tokoh antagonis pertama yang dapat menimbulkan rasa antipati dan kekaguman sekaligus. Ia cantik, cerdik, berwibawa, berpengaruh, dan pantang menyerah. Kesalahan terbesarnya hanya dalam pemilihan ambisi. Mimpi menjadi permaisuri itulah yang menariknya ke sisi gelap cerita.

Raja Jinheung meskipun sangat mempercayai kesetiaan Mishil padanya, tidak sepenuhnya yakin Mishil akan setia pada penerusnya, yaitu cucunya (Jinpyeong) yang masih belum cukup umur. Raja membuat wasiat yang memerintahkan Mishil meninggalkan urusan kerajaan dan mengabdikan diri pada spiritualisme (menjadi biarawati) sepeninggalnya. Tidak cukup sampai di situ, Raja Jinheung membuat satu wasiat perintah untuk membunuh Mishil. Kesalahan raja adalah, memandatkan wasiat itu pada hwarang Seol-won, yang juga adalah prajurit kepercayaannya. Di belakang raja, Seol-won dan Mishil ternyata telah bersekutu.
Merasa kecewa pada raja, Mishil bersekutu dengan Pangeran Jinji dan melakukan kudeta. Ia memasukkan racun ke dalam minuman raja, lalu mengubah isi wasiat untuk mengangkat Jinji menjadi raja penggantinya. Pangeran Jinji adalah adik laki-laki ayah pangeran Jinpyeong, yang telah meninggal. Jinji tidak puas dengan keputusan Raja Jinheung mengangkat Jinpyeong sebagai putera mahkota, alih-alih dirinya.
Pada gilirannya, Raja Jinji mengingkari perjanjian untuk menjadikan Mishil permaisuri, karena Ibu Suri bersikeras tidak menyetujuinya. Rupanya pengaruh Ibu Suri di kerajaan-kerajaan di Korea amatlah besar. Bahkan seorang raja tidak mampu menolak keputusan itu.
Mishil yang dikhianati tidak tinggal diam. Ia mengumumkan wasiat yang asli untuk melengserkan Raja Jinji. Pembunuhan Raja Jinheung, pengubahan surat wasiat merebut tahta dari pewaris resminya, Pangerang Jinpyeong, dituduhkan pada Raja Jinji. Akhirnya Pangeran Jinpyeong yang masih remaja diangkat menjadi Raja. Sementara itu, Mishil juga mengeluarkan perintah untuk menyingkirkan istri Pangeran Jinpyeong (Putri Maya), agar Ia memiliki alasan kuat untuk mengisi posisi sebagai istri raja.
Munno, pemimpin hwarang (Gukseon) yang netral dalam politik mendapat ‘petunjuk’ untuk menyelamatkan istri Pangeran Jinpyeong. Dalam usahanya, ia dan Putri Maya jatuh dari tebing ke dalam laut. Misi penyingkiran istri raja sukses. Selanjutnya Mishil dan faksinya menekan para pejabat istana untuk menyetujui pemilihan dirinya sebagai pendamping Raja Jinpyeong. Perlu diingat bahwa saat itu raja masih remaja. Padahal Mishil sudah eksis sejak masa kakek raja. Bisa dibayangkan ketidaklazimannya?
Pada hari penentuan itu, Munno dan permaisuri muncul. Mereka bisa melepaskan diri dari tali-tali yang mengikat dan mampu bertahan hidup berkat pisau kecil yang diberikan Jinpyeong pada istrinya. Pisau itu bernama Seoyeopdo, benda yang nantinya memiliki peran penting mengungkap jati diri Deokman. Kali ini Mishil gagal merebut posisi permaisuri.
Mishil mendapatkan kesempatan baru ketika memperoleh kabar kecurigaan bahwa janin yang dikandung permaisuri adalah kembar perempuan. Menurut ramalan ratusan tahun yang lalu, Shilla akan mengalami bencana jika keluarga raja melahirkan anak kembar perempuan. Hal ini dapat dijadikan alasan untuk melengserkan Permaisuri Maya.
Di malam kelahiran, Mishil menyiagakan pasukannya. Raja memiliki dua pilihan; membiarkkan kedua bayinya hidup dan merelakan Mishil menggantikan kedudukan istrinya menjadi permaisuri yang mengendalikan dirinya dan Shilla, atau membunuh salah satu bayi itu. Raja membuat opsi ketiga dengan memerintahkan dayang istana kepercayaannya, Sohwa,  membawa bayi yang lahir belakangan pergi dari istana, bersama pisau Seoyeopdo. Dibantu Munno, Sohwa yang ceroboh berhasil lolos dari kejaran Chilsuk, hwarang handal yang ditugaskan oleh Mishil mengejar mereka. Mishil membutuhkan bayi itu sebagai bukti kelahiran bayi kembar perempuan, sehingga rencananya dapat berjalan.
Jinpyeong menjadi tidak lebih dari raja boneka di Shilla. Di baliknya, semua hal dikendalikan dan diputuskan oleh Mishil. Setelah menyaksikan kakeknya meninggal diracun di depan matanya, percobaan pembunuhan pada istri dan bayinya, sangatlah luar biasa jika masih memiliki keberanian menentang Mishil.

~masa remaja Deokman~
 
 Chilsuk (Ahn Gil-kang), Sohwa (Seo Young-hee)

Chilsuk, menaati perintah Mishil, pantang pulang sebelum berhasil menangkap Deokman. Kisah pengejaran ini diceritakannya pada gadis remaja yang memandu melewati gurun pasir. Gadis itu adalah Deokman. Tentu saja, Chilsuk tidak mengetahuinya. Sohwa yang berperan sebagai ibu membesarkan Deokman di kampung persinggahan para saudagar, di tengah gurun pasir jauh dari Shilla, dengan merahasiakan identitas mereka. Deokman tumbuh sebagai gadis cerdas yang penuh rasa ingin tahu. Ia belajar kebijaksanaan dari buku-buku berbahasa latin yang diberikan kawan saudagarnya. Dengan modal nekat dan apa yang dibacanya, Deokman menyelamatkan para pedagang dari kekejaman penguasa daerah itu.
Chilsuk pada akhirnya mengenali Sohwa dan mulailah kejar-mengejar periode II. Ketika badai pasir datang, Deokman terpisah dari Sohwa dan Chilsuk. Deokman mengira Sohwa telah meninggal tenggelam dalam pasir. Yang sebenarnya terjadi, Chilsuk menyelamatkan Sohwa. Sebagai akibat dari kejadian itu, Chilsuk mengalami cedera mata sehingga penglihatannya terganggu, sedangkan Sohwa kehilangan kemampuan merespon & berbicara.


Deokman remaja (Nam Ji-hyeon)






Deokman dewasa (Lee Yeo-won)

Saya suka cara aktris Nam Ji-hyeon dalam menampilkan tokoh Deokman. Saya benar-benar merasakan bahwa karakter Deokman ini berusaha keras mengalahkan keterbatasannya (keterbatasan fisik sebagai wanita), dengan bersikap spontan dan berani, agak ‘berandal’. Bisa dipahami bahwa ia terdidik menjadi demikian dalam lingkungan kehidupan gurun yang keras.
Kembali ke cerita. Kini sendirian, Deokman bertekad mencari Munno untuk mengungkap kebenaran: siapa sebenarnya dirinya? Apakah Munno adalah ayahnya? Mengapa ia dan ibunya (So-hwa) dibuang/ ditinggalkan/ ditelantarkan? Mengapa Chilsuk ingin menangkapnya? Untuk itu, ia menyamar sebagai laki-laki dan pergi ke Seorabeol (ibukota Shilla).
Di tengah petualangannya, Deokman bertemu dengan penipu Jukbang dan Godo, yang nantinya justru menjadi teman. Berbagai situasi sulit dialami Deokman. Jukbang menjual Deokman untuk dijadikan komoditas budak sebuah perkampungan miskin. Di sana ia bertemu saudara kandungnya, Putri Cheonmyeong yang menyamar dan dalam perjalanan mencari Munno. Fakta ini sama-sama belum mereka ketahui. Yang terpenting saat itu adalah lolos dari kampung itu.


Putri Cheonmyeong muda (Shin Se-kyeong) dan dewasa (Park Ye-jin)

Saat kampung tersebut diserbu pasukan kerajaan atas tuduhan pembelotan, Deokman dan Cheonmyeong berhasil lolos. Setelah meluruskan kesalahpahaman, mereka bersama-sama mencari Munno pergi ke suatu kuil. Di sana mereka diserang oleh pasukan Mishil yang berusaha memburu Munno dan membunuh Cheonmyeong. Cheonmyeong yang terpisah dari Deokman, terdampar di tepi sungai tempat Kim Yu-shin muda dan pasukannya berlatih. Kesalahpahaman terjadi akibat ulah Jukbang. Sebelumnya Jukbang mencuri ornament emas milik Kim Yu-shin dan menyelipkannya ke pakaian Deokman. Pakaian itu dipakaikan Deokman ke Cheonmyong saat bersama-sama mencari Munno. Jadilah Cheonmnyeong tertuduh mencuri selepas diselamatkan jiwanya.
Sementara itu, Deokman sibuk menyelamatkan nyawa salah satu pelaku penyerangan kuil, yang adalah Bojong, anak dari Mishil dan Seol-won. Ia berharap bisa mendapatkan informasi mengenai Munno dari orang itu. Orang yang berusaha memburu Munno pasti adalah orang yang sama yang memburunya.
Ketegangan antara faksi Mishil dengan Raja Jinpyeong akibat penyerangan ini reda setelah tercapainya negosiasi. Putri Cheonmyeong mengusulkan akan mengabaikan peristiwa percobaan pembunuhan terhadap dirinya dengan ditukar mutasi Kim So-hyeon ke ibukota kerajaan, kembali menjadi pejabat istana. Ini adalah harga yang harus dibayar mahal oleh Mishil. Keberadaan Kim So-hyeon di istana meningkatkan posisi tawar Sang Raja. Kim So-hyeon sebenarnya adalah pewaris Kerajaan Gaya yang ditaklukkan oleh Shilla. Ia menjadi menantu kerajaan setelah menikahi adik Raja Jinpyeong, meskipun pernikahan ini tidak pernah disetujui Ibu Suri.
Selanjutnya, Putri Cheonmyeong meminta Kim Yu-shin, sebagai putra Kim So-hyeon, dan pasukannya bergabung dengan pasukan hwarang ibukota. Deokman, Jukbang, dan Godo ditambahkan  sebagai anggota regu hwarang tersebut, yang dinamakan Yonghwa Yangdo.
Setelah bergabung dalam pasukan hwarang, perjalanan Deokman tidak menjadi lebih mudah. Regu hwarang pimpinan Kim Yu-shin dipandang sebelah mata oleh regu lain. Perjuangan Yonghwa Yangdo untuk diakui kemampuannya penuh asam dan garam, bagi mereka. Bagi kita, penderitaan mereka adalah hiburan. ^^
Deokman, meskipun selalu tertinggal dalam kegiatan yang memerlukan fisik, selalu memiliki ide untuk menyelesaikan masalah. Sayangnya, Deokman muda keras kepala dan cepat emosi. Akibatnya, ia sering menjadi pusat dari masalah. Ia tidak pernah akur dengan Kim Yu-shin yang tegas dan disiplin dalam melatih rekan-rekannya. Lee Hyeon-woo menjadikan karakter Kim Yu-shin sebagai seorang pemuda yang berusaha keras membuktikan kemampuan dirinya, bukan sekedar sosok yang mempertahankan kebanggaan dirinya. Uhm Tae-woong yang memainkan Kim Yu-shin dewasa memberi kesan karakter yang sudah lebih percaya diri. Peralihan patut dipuji.


Kim Yu-shin muda (Lee Hyeon-u) dan dewasa (Eom Tae-ung)

 

Peralihan karakter Deokman dari Nam Ji-hyeon ke Lee Yo-won juga sangat halus. Menurut saya, peralihan ini adalah yang terbaik. Saking halusnya, saya tidak merasa bahwa pergantian pemeran pernah terjadi. Lee Yo-won secara detail mempertahankan gerakan-gerakan kecil khas yang dibawakan oleh Nam Ji-hyun. Entah itu cara melirik, gerak tangan, cara berlari, dan lainnya. Bagian perubahan karakter Deokman dewasa sebelum mendapat statusnya, ketika menjalankan peran putri kerajaan, dan setelah duduk di atas tahta adalah alasan lain untuk memberikan Lee Yo-won pujian. Sepertinya memang untuk drama ini saya tidak hanya cukup memberikan salut untuk salah satu komponen saja. Para pemeran, sutradara, penulis naskah, bahkan casting director telah berperan besar dalam kesuksesan menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan karakter yang detail. Kelemahan casting aktor muda cukup minim dan hanya pada karakter minor, misalnya casting Putri Cheonmyeong dan Alcheon muda yang kurang pas.

~sebelum Deokman menjadi ratu~

Apa kabar Mishil dan faksinya?
Mishil berusaha memperkuat pengaruh dan otoritasnya. Kim Yu-shin dan Deokman membantu Putri Cheonmyeong menetralisir berbagai langkah Mishil. Berbagai isu muncul di sini sebagai busur cerita minor.
Perang melawan Baekje, yang dipolitisir oleh Mishil untuk menyingkirkan Kim So-hyun dan Kim Yu-shin berbalik menjadi prestasi yang mengangkat eksistensi regu Yonghwa Yangdo. Kim Yu-shin dan Kim Alcheon yang awalnya skeptis pun akhirnya berteman. Saya suka karakter ini karena ialah yang pertama kali memperlakukan Deokman sebagai seorang putri segera setelah mengetahui kebenarannya. Ia benar-benar setia dan tidak ada niat lain di baliknya.



Hwarang Alcheon (Lee Seung-hyo)

Kedatangan saudagar luar negeri membawa Chilsuk dan Sohwa kembali ke Seorabeol. Langkah Mishil memanfaatkan almanak perbintangan untuk melakukan pengusiran penduduk keturunan Gaya ke luar ibukota yang melatarbelakangi usaha Deokman menjadi mata-mata kubu Mishil akhirnya mengungkap identitas Deokman. Putri Cheonmyeong dan Kim Yu-shin berusaha mengungsikan Deokman, sementara Mishil kembali memburunya. Pejabat istana Eulja yang merupakan kepercayaan raja, demi menutupi fakta lahirnya anak perempuan kembar di keluarga raja,  bersekutu dengan Kim So-hyun untuk membunuh Deokman.
Dalam kejar-mengejar itu, Deokman bertemu Bidam yang menolong mereka menghindar ke tempat aman. Bidam adalah putra Mishil dan Jinji, yang akhirnya dirawat oleh Munno setelah Mishil meninggalkannya karena sebagai buah pernikahan ternyata tidak meluluhkan Jinji untuk memenuhi janji menjadikan Mishil permaisuri. Bidam tumbuh di lingkungan minim kasih sayang, sehingga kepribadiannya cenderung bipolar. Ia bisa jadi seorang yang santai dan riang. Tetapi, sifatnya yang obsesif-posesif membuat emosinya tak terkendali ketika tersulut. Ketika itu, ia bisa menjadi pembunuh berdarah dingin.
Penampilan Kim Nam-gil dalam membawakan peran Bidam sangat brilian. Ia mampu menunjukkan detail karakter tersebut. Terkadang Bidam menjadi penyegar suasana yang serius. Di lain waktu kita yakin ia adalah utusan yang dapat diandalkan dan setia. Tetapi, di sisi lain kita juga takut dan waspada karena tidak pernah benar-benar dapat menebak apa yang ada di pikirannya. Jalan berpikirnya agak sedikit unik, nyeleneh. Sering pula kita jatuh kasihan pada nasibnya, pada bagaimana ia diperlakukan oleh orang-orang di sekelilingnya (tentu saja yang paling saya maksudkan adalah Mishil). Bidam adalah karakter yang paling kompleks setelah Mishil.


Bidam anak-anak (Park Ji-bin)
 


Bidam dewasa (Kim Nam-gil)

Kembali ke kejar-mengejar, saat hendak menyeberang dengan kapal, Putri Cheonmyeong terkena panah beracun dan meninggal. Deokman menolak untuk pergi menjauh dari Seorabeol seperti rencana awal. Sebaliknya, bertekad untuk dapat tinggal kembali di istana demi membalas Mishil.
Bagian berikutnya adalah yang paling menarik dan seru dari seluruh cerita. Tahu bahwa Deokman tak akan goyah pada keputusannya, Kim Yushin akhirnya membantu rencana Deokman untuk masuk kembali ke istana, dengan cara-cara yang sama yang digunakan Mishil. Sangat menarik. Sektet Deokman, Bidam, Kim Yushin, Alcheon, Jukbang dan Godo menjadi otak dan motor operasi ini. Untuk menambah kekuatan militer, Kim Yushin bernegosiasi untuk menarik pemimpin pasukan gerilya Gaya, Wolya, ke pihaknya.




Wolya (Ju Sang-uk)

Kubu Mishil, bak menelan racun yang diraciknya sendiri, pada akhirnya harus turut menerima pemulihan status Deokman sebagai Putri kerajaan.
Adu akal antara Mishil dan Deokman terus berlanjut. Pemilihan pemimpin hwarang yang baru adalah agenda berikutnya. Event tersebut membawa Munno yang selama ini menjauh dari dunia politik kembali mengklaim posisinya. Munno memanfaatkan kompetisi ini untuk menguji Deokman sekaligus menyampaikan cita-cita Raja Jinheung, yaitu mempersatukan Shilla, Baekje, dan Goguryo.
Isu dan ketegangan datang silih berganti, termasuk Bidam yang terus mencari identitas dirinya, kedatangan Kim Chunchu putra dari Putri Cheonmyeong, hingga konfrontasi terbuka antara kubu Deokman dan kubu Mishil. Konfrontasi tersebut berakhir dengan terdesaknya kubu Mishil karena memilih untuk tidak menarik pasukannya yang berjaga di perbatasan Shilla-Baekje. Mishil, meskipun haus ingin menjadi penguasa Shilla, memiliki kecintaan terhadap negeri itu.



Kim Chunchu (Yu Seung-ho)

Periode ini sarat adu akal, membuat saya sangat terkesan dengan kemampuan penulis skenario. Perubahan karakter Deokman dari gadis yang mudah emosi menjadi putri yang bijaksana sangat terasa. Periode remaja Deokman seakan ingin menegaskan bagaimana tekad dan semangat yg dimiliki karakter ini, sedangkan periode setelahnya memunculkan sisi lain Deokman, kebijaksanaan. Di sini kecerdasan Mishil dan Deokman dapat benar-benar tampak. Tidak heran banyak orang setia mengikuti serial yang panjang ini. Drama Queen Seon Deok mendapat julukan ‘rating monster’, karena sejak awal ratingnya selalu tinggi, bahkan sempat menembus angkan 50%. Jumlah episode yang awalnya hanya 50 diperpanjang sampai episode 62.

~setelah Deokman menjadi ratu~

Setelah kematian Mishil, keluarganya diturunkan dari jabatan. Deokman tidak mengeksekusi mereka karena masih memandang kontribusi positif mereka untuk Shilla. Keputusan ini menjadi kontroversi bahkan di kalangan orang terdekat Deokman. Begitulah, konflik yang diangkat dalam bagian keempat ini kebanyakan adalah perselisihan internal kubu Deokman. Mulai dari komite inspeksi yang dikepalai oleh Bidam, perselisihan dengan pasukan gerilya Gaya, pemilihan pendamping/ suami ratu, perang dengan Baekje yang dipolitisir, hingga kesalahpahaman yang terjadi antara Deokman dan Bidam yang bermuara pada pemberontakan Bidam.
Periode ini memang terasa agak kurang tanpa Mishil. Tetapi, Mishil meninggalkan pengaruh kuat pada orang-orang yang ditinggalkannya. Di ujung napasnya, masih sempat ia berusaha memanipulasi Bidam. Ia memanfaatkan sisi labil Bidam untuk menanamkan keragu-raguan padanya. Jadi, meski tidak ada Mishil, kita terus penasaran akan apa yang sebenarnya ada di pikiran Bidam.


~o0o~

Sudah cukup panjang artikel ini, tetapi banyak hal menarik yang belum tercakup. Pasukan Hwarang adalah salah satunya. Dan akhirnya pun, tidak banyak opini saya yang termuat di sini. Mungkin lain waktu akan ditambahkan, jika tergerak untuk itu.
Yang pasti, drama Queen Seon-deok masih akan lama bertahan menjadi yang paling berkesan bagi saya. Drama ini memasang standar yang tinggi.


~o0o~

SS*: sepanjang serial hanya ada satu kali adegan mesra dalam siluet, dua kali adegan dalam ruang mandi, dan beberapa kali adegan berpelukan
VA**: terdapat adegan bertarung dengan tangan kosong atau senjata, dan adegan saling membunuh dalam peperangan dengan disertai mayat-mayat dan simbahan darah

info drama Queen Seon-deok


Selasa, 19 Maret 2013

God’s Quiz Musim 1, 2, 3


God’s Quiz adalah judul yang muncul berikutnya ketika saya mencoba merenungkan drama yang berkesan. Tiga alasan yang membuat saya suka drama ini: genre medical forensic adalah salah satu favorit saya, saya tertarik mempelajari kelainan-kelainan genetik yang menyebabkan penyakit, dan aktor berbakat Ryu Deok-hwan menjadi tokoh utamanya. Kemampuan aktingnya sudah teruji dari deretan judul film dan drama berikut: Welcome to Dongmakgol, Like a Virgin, My Son, Our Town, Faith.
Tiga musim God’s Quiz ditayangkan antara tahun 2010 sampai 2012. Alur dasarnya adalah dinamika satu tim dokter forensik di Fakultas Kedokteran Universitas Korea dalam berusaha memecahkan teka-teki dari Tuhan yang muncul lewat kasus-kasus kriminal terkait kelainan genetik langka. Tim ini berkolaborasi dengan tim dari kepolisian yang dipimpin oleh detektif wanita Kang.



Dokter Han Jin-u  adalah seorang jenius yang tidak saja menjadi dokter dan meraih gelar Medical Doctor di usia sangat muda, tetapi sebelumnya ia telah menamatkan kuliah teknik di KAIST. KAIST adalah perguruan tinggi sains dan teknik terbaik di Korea Selatan, jadi semacam ITB di Indonesia. Korea University bisa dibandingkan dengan Universitas Indonesia.

Setengah dari musim satu ini menceritakan kasus yang berbeda di setiap episodenya. Busur cerita utama diungkapkan mulai pertengahan seri mengisahkan ‘pengejaran’ Han Jin-u terhadap kriminal muda yang sama jeniusnya (diperankan oleh Ahn Yong-jun). Keduanya ternyata sewaktu kecil pernah berteman, dan menjadi bahan percobaan obat pemicu aktivitas otak yang dikembangkan secara illegal oleh institusi ayah si kriminal. Jadi, kejeniusan Han Jin-u itu bukan bakat bawaan, tetapi merupakan efek dari obat. Sedangkan temannya itu, meski juga mengalami peningkatan kecerdasan, mentalnya menjadi agak tidak stabil. Ia memiliki kemampuan persepsi tiga dimensi, sehingga dapat memandang suatu hal dari berbagai sisi. Dengan demikian, ia memiliki pemahaman yang lebih dibandingkan dengan orang lain. Ia melihat apa yang tidak dapat terlihat oleh orang lain. Kedengarannya seperti kemampuan yang luar biasa, kan? Akan tetapi, kelebihan ini justru membuat ia kesepian, merasa sendiri. Sebab, orang lain tidak dapat mengikuti jalan pikirnya dan tidak memahami apa yang ia mengerti.
Ia berambisi membunuh Han Jin-u, karena menganggap mereka berdua berbahaya tidak boleh ada di dunia ini.

 
Ahn Yong-jun

Ahn Yong-jun memerankan karakter antagonis tersebut dengan sangat baik. Ia mampu menampilkan detail karakter, sehingga dapat dirasakan bahwa si jahat itu juga ternyata merasa diperlakukan tidak adil dan memiliki sisi vulnerable. Kita menjadi tidak bisa 100% membenci karakter ini karena ada sedikit rasa kasihan. Ahn Yong-jun adalah talenta yang saya perkirakan akan berkibar jika secara konsisten menunjukkan performa seperti di drama ini. Selama ini ia hanya mendapat peran kecil di beberapa drama seperti Hair Show dan Full House Take 2. Dari beberapa recap, perannya di Jeon U-chi tidak mengecewakan. Tetapi saya terlalu malas untuk menonton drama itu hanya untuk karakternya.


Di musim kedua, kriminal yang disangka telah terbunuh ternyata masih hidup, diselamatkan oleh organisasi rahasia yang ingin mengembangkan manusia yang dapat dikendalikan dari jauh. Sementara itu, efek samping dari pemberian obat pemicu aktivitas otak itu mulai muncul. Di sini Han Jin-u tidak hanya berjuang menyelesaikan kasus-kasus independen yang tidak terkait alur utama, ia juga berusaha melacak organisasi rahasia untuk mengungkap kematian mantan pacarnya, ditambah musuh lama yang masih ingin membunuhnya.
 

Musim ketiga menampilkan Han Jin-u yang lebih segar dan dewasa dengan potongan rambut pendek yang keren. Eh? Hahaha.. Intermezzo. Karakter Han Jin-u kini lebih tampak profesional, meskipun masih tetap riang, banyak bicara, dan self-centered. Di musim ketiga ini detektif wanita yang menjadi rekan sekaligus pacar Han Jin-u diceritakan belajar ke luar negeri. Posisinya digantikan oleh jaksa penyidik yang diperankan oleh Ahn Nae-sang. Karakter ini memiliki bekal pengalaman dan insting detektif yang tajam, sehingga bisa mengimbangi kejeniusan Han Jin-u dalam menyelidiki kasus




Cerita di musim ketiga mengungkapkan bahwa Han Jin-u urung menjalani operasi pengangkatan sebagian otak yang diimplikasikan oleh episode terakhir musim kedua. Ia memilih mengatasi sendiri dampak psikologis apapun, separah apapun, yang mungkin timbul sebagai efek samping percobaan itu. Di sini mulai muncul  kepribadian kedua Han Jin-u yang lebih cerdas, tetapi kurang rasa empati. Han Jin-u berusaha keras melawan dirinya sendiri. Belum lagi, ia dihadapkan pada peneliti muda jenius (diperankan oleh Go Kyeong-pyo) yang dengan kejam mengambil otak untuk keperluan eksperimen. Ia telah berhasil menciptakan teknik mengendalikan orang yang menjadi bahan percobaannya.
Di drama ini saya pertama kali melihat Go Kyeong-pyo. Iris matanya yang hitam pekat, sebagai mana juga Ahn Yong-jung, menambah intensitas sadisme karakter yang dimainkannya. Go Kyeong-pyo dapat membawakan karakter teresbut dengan meyakinkan. Karakter di sini sangat bertolak belakang dengan karakter Yu Dong-hun di Flower Boy Next Door. Persamaannya, keduanya menjadi karakter yang hidup meskipun jumlah adegannya tidak terlalu banyak.
 

Go Kyeong-pyo

Hal yang membuat saya salut adalah kemampuan penulis mengintegrasikan pengetahuan medis ke dalam alur cerita. Untuk mengingat nama penyakit-penyakit itu saja sudah sulit, apalagi memahami detail tentangnya untuk dimasukkan dalam cerita. Apakah tim penulis ini punya latar belakang pendidikan medis? Atau mereka punya tim konsultan yang profesional medis? Kekaguman ini sebenarnya tidak terbatas untuk God’s Quiz. Drama medis secara umum membuat saya salut kepada tim penulis, tim properti, sutradara, editor, dan juga aktor.
Satu kekurangan dari God’s Quiz adalah visualisasi hasil-hasil uji DNA. Efek grafis yang dipakai untuk menampilkan kecanggihan teknologi di institusi tersebut memang luar biasa. Hanya saja, visualisasi yang menggambarkan analisis uji DNA sangat jauh dari yang sebenarnya. Misalnya untuk menentukan orang tua dari tersangka, hanya digambarkan sebagai dua fragmen DNA dobel heliks identik yang ditimpakan satu sama lain. Seharusnya, minimal ditunjukkan pembandingan pola pada dua hasil pencitraan gel elektroforesis, atau grafik real-time PCR. Yah, mungkin saya yang terlalu cerewet karena pernah sedikit belajar tentang analisis biomolekuler. Hehe…
Jadikan kekurangan tadi dua. Satu lagi adalah, adegan membedah mayat, mengeluarkan dan menimbang organnya satu per satu. Adegan ini ada di setiap episode. Meskipun tidak sama persis, tetap saja terasa monoton di setiap episodenya dan semakin lama mulai terasa membosankan. Jika tidak keberatan dengan dua kekurangan di atas dan catatan di bagian paling akhir artikel ini, menonton God's Quiz adalah pengalaman yang menyenangkan.

Bagi yang tertarik dengan sisi medis dan genetika, berikut adalah daftar kelainan-kelainan medik yang disebutkan dalam God's Quiz. Sebagian besar adalah kelainan yang disebabkan oleh kelainan genetik langka. Di musim dua dan musim tiga cakupannya meluas bukan hanya kelainan genetik, tetapi juga kelainan psikologis. Referensinya dalam Bahasa Inggris, yah. Selamat belajar ^^

Musim Satu

Musim Dua
 Musim Tiga


Panduan untuk orang tua:
SS*: dua rekan kerja yang saling tertarik, satu atau dua adegan kecupan ringan
VA**: banyak darah selama pembedahan dan di TKP, terdapat berbagai adegan kekerasan sebagai ilustrasi tindak kriminal

Info drama God’s Quiz Musim [1] [2] [3]