Segera
setelah rekap episode 1 selesai, timbul ambisi untuk segera menyelesaikan
keseluruhan episode God’s Quiz. Heh. Saya ketagihan. Bagaimana tidak, dengan
membuat rekap episode 1, saya jadi belajar lebih banyak tentang porfiria.
Walaupun untuk saat ini saya belum tahu untuk apa saya perlu memahami itu
(karena saya bukan praktisi medis), dengan pengetahuan ini saya tidak menjadi
‘sok tahu’ dengan hanya mengira-ira apa itu porfiria.
Nah,
berikut rekap untuk Episode 2. Dengan kasus yang berbeda, dan tentunya penyakit genetik langka yang berbeda.
Episode 2:
The Lost City of Idols
Grup suara
wanita JeSS tengah melakukan rekaman video musik. Salah satu anggota bernama
Gina berulang kali melakukan kesalahan gerakan, dan akhirnya kolaps. Media
massa berspekulasi tentang penyebab kematiannya: overdosis dan aborsi.
Det. Kang
diminta untuk menangani kasus ini. Dalam konferensi pers, pihak agensi
menyatakan bahwa Gina meninggal karena overdosis obat tidur. Pihak keluarga
melalui agensi menolak dilakukannya autopsi. Dengan adanya penolakan terhadap
autopsi, det. Kang merasa ada sesuatu yang aneh di sini.
Dalam
tubuh Gina memang ditemukan jejak obat tidur Zolpidem. Tetapi, sangat kecil
kemungkinan untuk terjadi kematian akibat efek sampingnya. Tim forensik Jin-u
menyimpulkan ada sesuatu yang berusaha ditutupi oleh keluarga dan pihak agensi.
Det. Kang
berusaha keras meyakinkan ayah korban untuk memberi izin autopsi, tetapi gagal.
Sementara itu, Jin-u menempuh cara lain dengan menemui seorang jaksa yang
menangani suatu kasus malpraktik dan diambang kekalahan. Ia membuat kesepakatan
dengan jaksa itu. Jin-u akan membantu kasus tersebut jika sang jaksa mau
membantu urusannya. Akhirnya, kejaksaan mengeluarkan perintah autopsi, meskipun
dr. Choi memarahi Jin-u karena tidak mengikuti prosedur.
Selesai
autopsi, dr. Choi menyatakan korban mengalami acute blood poisoning (keracunan
darah akut). Keracunan darah disebabkan oleh adanya agen infeksi yang masuk ke
dalam darah, bisa berupa parasit, bakteri, ataupun virus. Peristiwa ini disebut
juga sebagai sepsis, atau istilah resmi dalam dunia medisnya septicemia.
Dr Choi
mendeskripsikan semua saraf vasomotor korban pecah. Edema (pembengkakan) pada
arteri optalmik internal (arteri mata internal) disebabkan oleh pendarahan internal. Pecahnya
arteri merusak serabut saraf. Karenanya, pada saat kematian, korban mengalami
serangan kejang yang ekstrim. Saat itu, diduga suhu tubuh korban mencapai 40°C. Dugaan sementara, infeksi viruslah
yang mengawali rangkaian proses tersebut.
Jin-u
menyarankan untuk dilakukan biopsi (pemeriksaan irisan jaringan tubuh dengan
mikroskop), karena kekakuan yang terjadi pada otot terlihat kronis (telah
terjadi dalam waktu lama) dan tersebar tidak merata di tubuh korban.
Direktur
agensi ternyata telah memaksa orang tua Gina untuk menolak autopsi setelah
memberi mereka fakta palsu bahwa Gina hamil (di luar nikah). Ia berdalih hanya
ingin menghormati korban dengan tidak melakukan autopsi. Bukan ia melalaikan
kesehatan idol asuhannya, tetapi para idol itulah yang menolak pergi ke rumah
sakit, karena mereka tidak ingin sedetikpun tertinggal dari pesaingnya.
Pemeriksaan
berikutnya mengungkap jenis virus tersebut adalah: virus influenza. Yap, tepat
sekali apa yang Anda pikirkan. Virus influenza umumnya tidak letal. Hasil
pemeriksaan lainnya juga menyatakan adanya kandungan protein dan jumlah sel
yang berlebihan di dalam cairan tulang belakang korban. Maka Jin-u dan det.
Kang memperluas penyelidikan. Di tempat tinggal Gina, Han Jin-u menemukan
plester yang biasa ditempelkan setelah dilakukan injeksi/ penyuntikan. Ini mengindikasikan
Gina pernah pergi ke rumah sakit tidak lama sebelumnya. Mengapa plester itu
menempel rapi di tempat sampah yang kosong, bukannya menempel secara
sembarangan atau terbuang bersama sampah yang lain, rasanya tak penting untuk
dipertanyakan di sini.
Salah satu
anggota grup, Ashley, yang awalnya ragu-ragu, akhirnya memberi kesaksian bahwa
belakangan Gina tampak kehilangan kontrol tubuhnya, tetapi direktur tidak
mempedulikan hal ini. Direktur memperlakukan Gina dengan buruk, mengingkari
janji untuk menjadikan Gina penyanyi solo, bahkan membuat rumor tentang
kehamilan Gina. Ashley memberikan perekam milik Gina yang berisi rekaman
pertengkaran antara Gina dengan direktur. Dalam percakapan itu juga terdapat
indikasi bahwa sang direktur melakukan tindak asusila terhadap Ashley.
Det. Kang
berhasil melacak rumah sakit tempat Gina mendapat perawatan. Dokter di sana
mengaku memberikan vaksin flu KUflu32 kepada Gina yang diantar oleh manajernya.
Ini berarti pihak agensilah yang membawa Gina ke rumah sakit untuk mendapatkan
vaksinasi.
Berdasarkan
hasil autopsi, pemeriksaan, dan petunjuk lainnya, Jin-u menduga Gina adalah
penderita Sindrom Guillain-Barre. Penyakit genetik langka ini termasuk ke dalam
kelompok penyakit autoimun. Penyakit autoimun terjadi ketika sel darah putih
yang semestinya hanya menyerang substansi asing yang masuk ke tubuh, malah
menghancurkan sel-sel tubuh sendiri. Dalam Sindrom Guillain-Barre, yang
diserang adalah sel-sel saraf tepi yang menghubungkan sistem saraf pusat (otak
dan sumsum tulang belakang) dengan alat gerak (tangan dan kaki). Sindrom ini
terdapat dalam beberapa tipe yang dikelompokkan berdasarkan bagian saraf tepi
yang terlibat. Tipe yang paling umum adalah acute inflammatory
demyelinating polyradiculoneuropathy (AIDP). Pada tipe ini, sistem imun
menyerang myelin, yaitu selubung sel saraf yang mempercepat hantaran sinyal
saraf.
Jin-u
menjelaskan, karena hal itu korban mengalami kekakuan otot, dan tingkat
ketahanan tubuh menurun. Jika dalam kondisi ini terjadi serangan virus, maka akan
berakibat fatal. Dalam kasus Gina, serangan virus yang memicu reaksi adalah
vaksin yang diberikan kepadanya. Vaksin KUflu32 adalah vaksin yang mengandung
virus hidup, yang bisa meninfeksi dan memperbanyak diri dalam tubuh. Pada orang
yang memiliki ketahanan tubuh normal, vaksin hidup lebih efektif dibandingkan
vaksin yang hanya mengandung bagian-bagian dari virus. Tetapi bagi Gina yang ketahanan
tubuhnya melemah akibat penyakit autoimun, vaksin ini mengantarnya pada ujung
kehidupan.
Prosesnya
demikian:
Masuknya virus hidup ke tubuh Gina mengaktifkan sistem imunnya secara berlebihan (ditandai dengan kandungan protein dan jumlah sel yang terlalu banyak dalam cairan tulang belakang). Tetapi bukannya menyerang virus, sistem imun tubuh yang teraktivasi justru menyerang sel-sel saraf. Sementara sarafnya mengalami kekakuan bertahap, virus tetap bebas menyerang sel yang lain, masuk ke pembuluh darah menyebabkan kondisi sepsis (keracunan darah akut) di mana suhu tubuh meningkat, kejang-kejang, dan akhirnya kematian.
Direktur
agensi mengelak bertanggung jawab terhadap insiden ini dengan alasan ia tidak
mengetahui hal tersebut. Jin-u memaparkan bukti bahwa saat Gina kolaps di
sebuah acara di New York, pihak rumah sakit telah mengirimkan hasil pemeriksaan
menyeluruh yang disertai peringatan untuk tidak memberikan vaksinasi terhadap
Gina, khususnya vaksin hidup. Bahkan, setelah itu direktur mengelak dengan
mengatakan ia mengira email berbahasa Inggris sebagai spam dan langsung
menghapusnya. Det. Kang membantahnya dengan menyebutkan adanya jejak elektronik
bahwa direktur telah membuka email itu. Masih berusaha melepaskan diri,
direktur menyentak bahwa ia bisa jadi membuka, tetapi tidak membacanya. Det.
Kang menyodorkan fakta bahwa direktur mengirimkan email itu ke dr. Kim untuk
diterjemahkan. Terjemahannya telah dikirim kembali via email. Bahkan dr. Kim
menyimpan salinannya untuk memeras sang direktur. Ha. Pesan moral: belajar
Bahasa Inggris dan istilah medis, ada juga pentingya ^^
Cerita dilanjutkan
dengan sesi dialog antara Jin-u dan dekter senior yang dipanggilnya Seonsaeng-nim
(Profesor). Sesi ini terasa seperti sesi konseling, di mana Jin-u mengungkapkan
hal-hal yang mengganjal di pikirannya. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa ia
jawab dengan kejeniusannya. Pertanyaan yang tidak terjawab bahkan setelah dia
menguasai teknik robotik, menjadi dokter muda yang memiliki kemampuan
pembedahan mumpuni, serta mendapatkan gelar MD (Medical Doctor). Pertanyaan
yang dapat dijawab seiring bertambahnya usia.
Jin-u: Seiring menuanya seseorang, bukankah seharusnya ia menjadi lebih dermawan?Profesor: Benar, tetapi tidak banyak yang seperti itu. Seiring bertambahnya usia, mereka berpegang lebih kuat, dengan susah payah dan putus asa.Jin-u: Apakah itu insting?Profesor: Hewan mengambil hanya yang diperlukannya. Itulah hukumnya.Jin-u: Tetapi manusia, bahkan mencuri apa yang dimiliki generasi mudanya.Profesor: Itulah mengapa, manusia adalah satu-satunya mutan yang melawan (aturan) alam. Kita masih bisa berevolusi lebih lanjut.
Di tengah
perenungannya sendiri di dalam kamar, Jin-u mengalami serangan sakit kepala. Sakitnya
meringan segera setelah ia meraih obat dan memakannya. Han Jin-u, dokter muda
jenius penasehat tim forensik Universitas Hankuk, memiliki rahasianya sendiri.
***
Episode
ini banyak menyindir bagaimana dunia industri hiburan Korea Selatan mengeksploitasi
para idol. Hal ini sudah bukan rahasia. Para idol adalah mereka yang berlatih
dan bekerja dengan sangat keras, menghadapi persaingan industri hiburan yang
ketat, menjad mesin uang agensi. Kendali agensi terhadap idol digambarkan sangat
berlebihan, bahkan melebihi orang tua idol itu sendiri. Di lain pihak,
kesehatan idol tidak diperhatikan dengan baik. Ini tampak dari tidak
dihentikannya syuting meskipun sang idol demam tinggi. Sang idol sendiri tidak
diberikan informasi tentang penyakit yang dideritanya. Jin-u juga mengomentari
bahwa tempat berlatih grup JeSS tidak dilengkapi ventilasi yang baik. Kejamnya
lagi, jika sang idol sudah tidak lagi dianggap menguntungkan agensi, ia akan
didepak. Memang tidak semuanya bernasib demikian, tetapi hukum ‘pemenang
mendapatkan semuanya’ berlaku di sini. Mereka yang kalah dalam persaingan, akan
menempati ‘kasta’ terbawah dan semakin terpuruk.
Penulis
skenario menyisipkan pandangannya melalui komentar det. Kang tentang tolak
belakang antara bagaimana para gadis diminta untuk berpakaian minim dan menari
–yang menurutnya dapat memicu lolita kompleks- dengan adanya kekhawatiran akan tindak
pemerkosaan dan pelecehan seksual. Anda bisa berpendapat lain, tetapi saya
termasuk yang berpendapat bahwa saya tidak bisa mengubah semua laki-laki agar
berpikiran bersih. Menutup tubuh adalah hak saya untuk menjaga apa yang bagi
saya berharga. Sama seperti saya menutup dan mengunci pintu rumah sebelum
bepergian.
Referensi: