Halaman

Sabtu, 24 Agustus 2013

GLove (film)

atas: bisakah (kami)? (inilah) impian pertama kami
bawah (di atas judul): teriakan (fighting!) tanpa suara


Setelah menonton Take Off, saya menjadi lebih berminat memburu film-film korea bertema olahraga. Saat itulah saya menemukan GLove.


Jeong Jae-young
 Glove mengisahkan seorang pitcher (Jang Ki-beom) tim bisbol liga pelajar (SMP) yang memenangi kejuaraan, tetapi pada saat yang sama mendapati telinganya tidak lagi bisa berfungsi. Sementara itu, seorang atlet bisbol liga utama Korea (Jeong Jae-young) tengah berada dalam fase kemunduran karir. Ia sering mabuk-mabukan dan terlibat dalam perkelahian. Manajer tim memerintahkannya menjadi pelatih tim bisbol SMA luar biasa Sung-shim sementara menunggu proses penjatuhan sanksi. 

Jang Ki-beom
Temannya, yang juga manajernya, menyambut baik hal ini. Karena selain bisa memperbaiki nama baiknya, hal ini bisa membangkitkan memori masa muda ketika masih membangun karir bisbol.
Berkebalikan dengan semangat tim bisbol tuna rungu yang ingin masuk ke liga pelajar nasional (semacam liga bisbol pelajar SMA yang diadakan di Stadion Koshien, Jepang), atlet itu skeptis bahkan untuk berpikir bahwa hal itu adalah mungkin. Ia beralasan dunia bisbol profesional sangatlah keras dan tidak menyenangkan. Akan lebih keras lagi bagi tim ini yang semua anggotanya tuna rungu. Menyemangati mereka untuk masuk ke liga nasional akan sama saja dengan memberikan harapan kosong. Guru perempuan yang sekaligus pelatih tim sekolah itu berusaha keras menggugurkan anggapan itu. Ia terus meyakinkan dan menunjukkan potensi anak-anaknya.







 Di lain pihak, pitcher muda yang dikisahkan di awal cerita telah menjadi salah satu murid di SMA-LB itu. Ia tidak lagi bermain bisbol, bahkan menjauhinya. Meskipun demikian, ketika melihat tim bisbol sekolahnya, tampak di wajahnya rasa ingin bergabung.
Setelah melihat tekad dan semangat seluruh anggota tim, Si atlit liga utama akhirnya bersedia melatih dengan sungguh-sungguh. Ketika salah satunya keluar, atlit itu berusaha merekrut si pitcher muda. Awalnya menolak, tetapi akhirnya luluh juga dengan provokasi dari Sang atlet professional. Dengan semangat yang baru, pitcher muda itu bergabung dalam tim. Mulailah mereka berlatih meningkatkan teknik bisbol mereka sekaligus kerja sama tim. Dinamika antar pelatih, antara pelatih dan tim, antar sesama anggota tim, antara sekolah dan pelatih, serta masalah karir si atlit bisbol, semua terjalin rapi.
Lee Hyeon-u
Sebagaimana Take Off, film ini juga didasarkan pada kisah nyata satu tim bisbol yang semua anggotanya tuna rungu. Disebutkan bahwa sampai saat ini tim tersebut masih berjuang keras agar lolos kualifikasi untuk masuk ke liga pelajar nasional.
Kim Hye-seong
Untuk film ini, perlu saya sorot aktor-aktor muda yang memerankan anggota tim bisbol SMA-LB. Mereka total dan betul-betul meyakinkan sebagai orang tuna rungu. Sebutlah salah satunya, Lee Hyeon-u. Saya jauh lebih terkesan dengan aktingnya dalam film ini, yang hanya muncul beberapa menit, dibandingkan dengan saat ia bermain di 16 episode drama To the Beautiful You. Oke, sebenarnya masalah drama itu bukan karena aktingnya yang kurang bagus, tetapi lebih ke karakternya yang kurang dalam. Tetapi apa yang ingin saya sampaikan adalah, film ini berhasil mengeksploitasi dengan optimal kemampuan akting setiap aktornya, khususnya para pemeran siswa tuna rungu.

 Dan, oh, tentu saja. Bagaimana mungkin saya melupakan Kim Hye-seong, catcher yang bagaikan kapten tim sekaligus mediator bagi teman-temannya.





 SS: seorang siswi menari agak sensual
VS: aman


Tidak ada komentar:

Posting Komentar