Halaman

Minggu, 25 Agustus 2013

God’s Quiz Musim 1 Episode 2



Segera setelah rekap episode 1 selesai, timbul ambisi untuk segera menyelesaikan keseluruhan episode God’s Quiz. Heh. Saya ketagihan. Bagaimana tidak, dengan membuat rekap episode 1, saya jadi belajar lebih banyak tentang porfiria. Walaupun untuk saat ini saya belum tahu untuk apa saya perlu memahami itu (karena saya bukan praktisi medis), dengan pengetahuan ini saya tidak menjadi ‘sok tahu’ dengan hanya mengira-ira apa itu porfiria.

Nah, berikut rekap untuk Episode 2. Dengan kasus yang berbeda, dan tentunya penyakit genetik langka yang berbeda.

Episode 2: The Lost City of Idols

Grup suara wanita JeSS tengah melakukan rekaman video musik. Salah satu anggota bernama Gina berulang kali melakukan kesalahan gerakan, dan akhirnya kolaps. Media massa berspekulasi tentang penyebab kematiannya: overdosis dan aborsi.

Det. Kang diminta untuk menangani kasus ini. Dalam konferensi pers, pihak agensi menyatakan bahwa Gina meninggal karena overdosis obat tidur. Pihak keluarga melalui agensi menolak dilakukannya autopsi. Dengan adanya penolakan terhadap autopsi, det. Kang merasa ada sesuatu yang aneh di sini.
Dalam tubuh Gina memang ditemukan jejak obat tidur Zolpidem. Tetapi, sangat kecil kemungkinan untuk terjadi kematian akibat efek sampingnya. Tim forensik Jin-u menyimpulkan ada sesuatu yang berusaha ditutupi oleh keluarga dan pihak agensi.

Det. Kang berusaha keras meyakinkan ayah korban untuk memberi izin autopsi, tetapi gagal. Sementara itu, Jin-u menempuh cara lain dengan menemui seorang jaksa yang menangani suatu kasus malpraktik dan diambang kekalahan. Ia membuat kesepakatan dengan jaksa itu. Jin-u akan membantu kasus tersebut jika sang jaksa mau membantu urusannya. Akhirnya, kejaksaan mengeluarkan perintah autopsi, meskipun dr. Choi memarahi Jin-u karena tidak mengikuti prosedur.

Selesai autopsi, dr. Choi menyatakan korban mengalami acute blood poisoning (keracunan darah akut). Keracunan darah disebabkan oleh adanya agen infeksi yang masuk ke dalam darah, bisa berupa parasit, bakteri, ataupun virus. Peristiwa ini disebut juga sebagai sepsis, atau istilah resmi dalam dunia medisnya septicemia.
Dr Choi mendeskripsikan semua saraf vasomotor korban pecah. Edema (pembengkakan) pada arteri optalmik internal (arteri mata internal) disebabkan oleh pendarahan internal. Pecahnya arteri merusak serabut saraf. Karenanya, pada saat kematian, korban mengalami serangan kejang yang ekstrim. Saat itu, diduga suhu tubuh korban mencapai 40°C. Dugaan sementara, infeksi viruslah yang mengawali rangkaian proses tersebut.
Jin-u menyarankan untuk dilakukan biopsi (pemeriksaan irisan jaringan tubuh dengan mikroskop), karena kekakuan yang terjadi pada otot terlihat kronis (telah terjadi dalam waktu lama) dan tersebar tidak merata di tubuh korban.

Direktur agensi ternyata telah memaksa orang tua Gina untuk menolak autopsi setelah memberi mereka fakta palsu bahwa Gina hamil (di luar nikah). Ia berdalih hanya ingin menghormati korban dengan tidak melakukan autopsi. Bukan ia melalaikan kesehatan idol asuhannya, tetapi para idol itulah yang menolak pergi ke rumah sakit, karena mereka tidak ingin sedetikpun tertinggal dari pesaingnya.

Pemeriksaan berikutnya mengungkap jenis virus tersebut adalah: virus influenza. Yap, tepat sekali apa yang Anda pikirkan. Virus influenza umumnya tidak letal. Hasil pemeriksaan lainnya juga menyatakan adanya kandungan protein dan jumlah sel yang berlebihan di dalam cairan tulang belakang korban. Maka Jin-u dan det. Kang memperluas penyelidikan. Di tempat tinggal Gina, Han Jin-u menemukan plester yang biasa ditempelkan setelah dilakukan injeksi/ penyuntikan. Ini mengindikasikan Gina pernah pergi ke rumah sakit tidak lama sebelumnya. Mengapa plester itu menempel rapi di tempat sampah yang kosong, bukannya menempel secara sembarangan atau terbuang bersama sampah yang lain, rasanya tak penting untuk dipertanyakan di sini.

Salah satu anggota grup, Ashley, yang awalnya ragu-ragu, akhirnya memberi kesaksian bahwa belakangan Gina tampak kehilangan kontrol tubuhnya, tetapi direktur tidak mempedulikan hal ini. Direktur memperlakukan Gina dengan buruk, mengingkari janji untuk menjadikan Gina penyanyi solo, bahkan membuat rumor tentang kehamilan Gina. Ashley memberikan perekam milik Gina yang berisi rekaman pertengkaran antara Gina dengan direktur. Dalam percakapan itu juga terdapat indikasi bahwa sang direktur melakukan tindak asusila terhadap Ashley.

Det. Kang berhasil melacak rumah sakit tempat Gina mendapat perawatan. Dokter di sana mengaku memberikan vaksin flu KUflu32 kepada Gina yang diantar oleh manajernya. Ini berarti pihak agensilah yang membawa Gina ke rumah sakit untuk mendapatkan vaksinasi.

Berdasarkan hasil autopsi, pemeriksaan, dan petunjuk lainnya, Jin-u menduga Gina adalah penderita Sindrom Guillain-Barre. Penyakit genetik langka ini termasuk ke dalam kelompok penyakit autoimun. Penyakit autoimun terjadi ketika sel darah putih yang semestinya hanya menyerang substansi asing yang masuk ke tubuh, malah menghancurkan sel-sel tubuh sendiri. Dalam Sindrom Guillain-Barre, yang diserang adalah sel-sel saraf tepi yang menghubungkan sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) dengan alat gerak (tangan dan kaki). Sindrom ini terdapat dalam beberapa tipe yang dikelompokkan berdasarkan bagian saraf tepi yang terlibat. Tipe yang paling umum adalah acute inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy (AIDP). Pada tipe ini, sistem imun menyerang myelin, yaitu selubung sel saraf yang mempercepat hantaran sinyal saraf.

Jin-u menjelaskan, karena hal itu korban mengalami kekakuan otot, dan tingkat ketahanan tubuh menurun. Jika dalam kondisi ini terjadi serangan virus, maka akan berakibat fatal. Dalam kasus Gina, serangan virus yang memicu reaksi adalah vaksin yang diberikan kepadanya. Vaksin KUflu32 adalah vaksin yang mengandung virus hidup, yang bisa meninfeksi dan memperbanyak diri dalam tubuh. Pada orang yang memiliki ketahanan tubuh normal, vaksin hidup lebih efektif dibandingkan vaksin yang hanya mengandung bagian-bagian dari virus. Tetapi bagi Gina yang ketahanan tubuhnya melemah akibat penyakit autoimun, vaksin ini mengantarnya pada ujung kehidupan.

Prosesnya demikian:

Masuknya virus hidup ke tubuh Gina mengaktifkan sistem imunnya secara berlebihan (ditandai dengan kandungan protein dan jumlah sel yang terlalu banyak dalam cairan tulang belakang). Tetapi bukannya menyerang virus, sistem imun tubuh yang teraktivasi justru menyerang sel-sel saraf. Sementara sarafnya mengalami kekakuan bertahap, virus tetap bebas menyerang sel yang lain, masuk ke pembuluh darah menyebabkan kondisi sepsis (keracunan darah akut) di mana suhu tubuh meningkat, kejang-kejang, dan akhirnya kematian.


Direktur agensi mengelak bertanggung jawab terhadap insiden ini dengan alasan ia tidak mengetahui hal tersebut. Jin-u memaparkan bukti bahwa saat Gina kolaps di sebuah acara di New York, pihak rumah sakit telah mengirimkan hasil pemeriksaan menyeluruh yang disertai peringatan untuk tidak memberikan vaksinasi terhadap Gina, khususnya vaksin hidup. Bahkan, setelah itu direktur mengelak dengan mengatakan ia mengira email berbahasa Inggris sebagai spam dan langsung menghapusnya. Det. Kang membantahnya dengan menyebutkan adanya jejak elektronik bahwa direktur telah membuka email itu. Masih berusaha melepaskan diri, direktur menyentak bahwa ia bisa jadi membuka, tetapi tidak membacanya. Det. Kang menyodorkan fakta bahwa direktur mengirimkan email itu ke dr. Kim untuk diterjemahkan. Terjemahannya telah dikirim kembali via email. Bahkan dr. Kim menyimpan salinannya untuk memeras sang direktur. Ha. Pesan moral: belajar Bahasa Inggris dan istilah medis, ada juga pentingya ^^

Cerita dilanjutkan dengan sesi dialog antara Jin-u dan dekter senior yang dipanggilnya Seonsaeng-nim (Profesor). Sesi ini terasa seperti sesi konseling, di mana Jin-u mengungkapkan hal-hal yang mengganjal di pikirannya. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa ia jawab dengan kejeniusannya. Pertanyaan yang tidak terjawab bahkan setelah dia menguasai teknik robotik, menjadi dokter muda yang memiliki kemampuan pembedahan mumpuni, serta mendapatkan gelar MD (Medical Doctor). Pertanyaan yang dapat dijawab seiring bertambahnya usia.

Jin-u: Seiring menuanya seseorang, bukankah seharusnya ia menjadi lebih dermawan?
Profesor: Benar, tetapi tidak banyak yang seperti itu. Seiring bertambahnya usia, mereka berpegang lebih kuat, dengan susah payah dan putus asa.
Jin-u: Apakah itu insting?
Profesor: Hewan mengambil hanya yang diperlukannya. Itulah hukumnya.
Jin-u: Tetapi manusia, bahkan mencuri apa yang dimiliki generasi mudanya.
Profesor: Itulah mengapa, manusia adalah satu-satunya mutan yang melawan (aturan) alam. Kita masih bisa berevolusi lebih lanjut.

Di tengah perenungannya sendiri di dalam kamar, Jin-u mengalami serangan sakit kepala. Sakitnya meringan segera setelah ia meraih obat dan memakannya. Han Jin-u, dokter muda jenius penasehat tim forensik Universitas Hankuk, memiliki rahasianya sendiri.

***
Episode ini banyak menyindir bagaimana dunia industri hiburan Korea Selatan mengeksploitasi para idol. Hal ini sudah bukan rahasia. Para idol adalah mereka yang berlatih dan bekerja dengan sangat keras, menghadapi persaingan industri hiburan yang ketat, menjad mesin uang agensi. Kendali agensi terhadap idol digambarkan sangat berlebihan, bahkan melebihi orang tua idol itu sendiri. Di lain pihak, kesehatan idol tidak diperhatikan dengan baik. Ini tampak dari tidak dihentikannya syuting meskipun sang idol demam tinggi. Sang idol sendiri tidak diberikan informasi tentang penyakit yang dideritanya. Jin-u juga mengomentari bahwa tempat berlatih grup JeSS tidak dilengkapi ventilasi yang baik. Kejamnya lagi, jika sang idol sudah tidak lagi dianggap menguntungkan agensi, ia akan didepak. Memang tidak semuanya bernasib demikian, tetapi hukum ‘pemenang mendapatkan semuanya’ berlaku di sini. Mereka yang kalah dalam persaingan, akan menempati ‘kasta’ terbawah dan semakin terpuruk.
Penulis skenario menyisipkan pandangannya melalui komentar det. Kang tentang tolak belakang antara bagaimana para gadis diminta untuk berpakaian minim dan menari –yang menurutnya dapat memicu lolita kompleks- dengan adanya kekhawatiran akan tindak pemerkosaan dan pelecehan seksual. Anda bisa berpendapat lain, tetapi saya termasuk yang berpendapat bahwa saya tidak bisa mengubah semua laki-laki agar berpikiran bersih. Menutup tubuh adalah hak saya untuk menjaga apa yang bagi saya berharga. Sama seperti saya menutup dan mengunci pintu rumah sebelum bepergian.


Referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar